Sebuah Prolog Kamar Tidur
Well Hai, I'm Nana.
Aku seorang perempuan berusia 22 tahun. Saat ini aku sedang menempuh perkuliahan tingkat akhir di Universitas Terbuka UPBJJ UT Bogor. Seru sekali rasanya bisa bertahan sampai sejauh ini. Walaupun aku juga kadang bertanya-tanya, "Lah kok bisa, sih?"
Iya...
Kadang aku juga merasa tidak percaya dengan semua yang telah kulalui. Dan semua waktu yang terlewati rasanya baru sekedar hitungan jam saja. Heheh
Hei, aku sudah tinggal terpisah dari orang tuaku sejak memutuskan untuk bekerja jauh dari rumah demi membiayai kuliahku. Walau, sejujurnya biaya kuliah yang ku keluarkan tidak sebesar itu. Tapi tetap saja, aku ingin mencari pengalaman dengan merantau meski kecil-kecilan.
Jarak perantauanku ini meski hanya 18 KM tetap saja kadang membuatku berderai air mata jikalau ingat semua anggota keluarga di rumah. Walaupun, jika sudah sampai di rumah aktivitasku sekedar rebahan saja, tapi entah mengapa ketika berjauhan rasanya aku rindu rumah. Mungkin lebih tepatnya, rindu tempat peraduanku. Yap, kamar berukuran 2.5 x 3M persegi dengan cat putih yang sebagian sudah berubah kekuningan karena belum pernah di cat ulang sejak pengecatan pertama di tahun 2014.
Aku senang sekali menempelkan banyak kertas di dinding kamarku, walau ya sebenarnya tak pernah kubaca sama sekali. Kertas-kertas itu hanya kubaca iseng saat tak sengaja duduk di hadapan mereka. Lalu aku mulai membaca.
Isi kertas itu berbagai tulisan yang entah mendapat ilham dari mana. Mulai dari lirik lagu Westlife yang berjudul You Raise Me Up, kutulis di kertas HVS dengan gambar stiker terharu. Ada kutipan bahasa Inggris yang isinya, "Stop Being Food Minded".(yang dulu kuanggap bijak dan jadi sumber inspirasiku untuk puasa sunnah, padahal agar tak keluar banyak uang untuk beli jajan. Wkwkwk)
Kemudian, ada gambar padi yang kugambarkan sebagai sosok diriku setelah lulus pendidikan formal. Lalu ada jenjang impian tingkat pendidikan yang ingin kutempuh, yaitu S1 Hubungan Internasional yang kuharap bisa menghantarkanku menjadi seorang Diplomat. (Meskipun kini impian itu sirna dari kepala, karena aku tersesat bersama buku besar akuntansi).
Dan yang paling ku senangi adalah rak buku yang selalu bisa kulihat bebas setiap kali aku membuka mataku di pagi hari. Isinya sudah penuh. Raknya bahkan kelihatan tak mampu menahan beban. Begitu kepayahan menanggung beratnya buku-buku yang tertata di atasnya. Bisa jadi, sesekali ia ingin mengamuk ketika aku terus-menerus menjejalkan buku-buku baru yang sudah kubeli namun tidak kubaca. Mungkin matanya akan mendelik lalu mengatakan, "buku teroooooooooooooooos".
Komentar
Posting Komentar