Aroma Biru Beradu Rindu
photo Pinterest by Daniil Kontorovich (Tertius_Alio)
Hai, kupikir aku telah benar-benar lupa terhadapmu. Melepas bebas semua kenangan dan hal apapun tentangmu lagi. Namun, entah mengapa ketika melihatmu kembali aku menyadari bahwa ada perasaan-perasaan halus yang menyusupi relung jiwa. Mengisi rongga dadaku. Rasanya seperti kesedihan, aroma biru, tangisan dan perasaan halus yang tak dapat dijelaskan.
Meski akalku berkata lirih, bahwa masing-masing dari kita berhak menjalani kehidupan yang lebih bahagia. Tapi mengapa, seolah perasaanku berat untuk melepas luruh segala hal tentangmu. Ada hal-hal yang tak ingin ku lupa sedikitpun tentangmu. Entah yang mana, kesedihanku, amarahku atau rasa benci yang pernah ku pendam. Harusnya, aku juga berbahagia terhadap bahagiamu, bukan?
Perasaan seperti apa ini?
Dendam dalam diam yang ku pupuk selama bertahun-tahun lamanya. Bukan, bukan dendam kepadamu. Namun, rasa dendam terhadap hal-hal baik yang dulu tak dapat kupersembahkan untukmu. Dendam terhadap segala keceriaanku di hari ini, ketika aku menyadari bahwa dulu aku tak dapat menunjukannya kepadamu.
Hai, apakah ini rindu?
Meski jujur kuakui bahwa rongga udara ku penuh sesak oleh rasa haru ketika melihatmu, dari jauh, ya dari jauh. Sebab kutahu bahwa kau membuat dinding dan sekat yang amat kokoh agar aku tak lagi bisa menjangkaumu. Namun mengapa, rasanya pun aku berdosa tatkala merinduimu.
Bahagiakah kamu di sana?
Bahagiakah kehidupanmu yang tanpa aku?
Pernahkah terbesit dalam lalu lalang pikiran di kepalamu tentangku? Tentang apa? Betapa jahatnya aku? Betapa pertemuan kita adalah hal yang paling kau sesali seumur hidupmu? Betapa perpisahan kita adalah sumur dendam yang meluap-luap hingga banjir menerjang dan membawa kita saling menjauh satu sama lain?
Bagaimana aku mengatakan ini?
Bahwa hatiku bergetar tatkala melihatmu dari jauh. Saat mataku menangkap bayanganmu. Perasaan yang tak mampu ku jelaskan lagi seperti apa bentuknya. Perasaan yang tak bisa lagi ku definisikan seperti apa pergumulannya.
Hatiku membuncah. Mengingatmu adalah dua hal yang saling bertolak belakang. Rindu terhadap semua aroma dan kenangan tentang hadirmu, walau di satu sisi aku benci terhadap bagaimana kita saling beradu tanpa pernah bisa menyatu walaupun bersatu.
Tapi hei, aku ingin jujur padamu. Aku berbahagia bisa melihat senyummu lagi. Teruslah tertawa, teruslah bahagia. Pun, jika bagimu aku adalah perdu yang pernah mengganggu keindahan taman kebahagiaan yang kau ciptakan, kau boleh memangkasku kapan pun kau mau. Meski aku sadar, aku sudah tak berada lagi di sana. Dan aku berharap, semoga kau lupa bahwa aku tak pernah bisa baik untukmu.
-Muse,
Cianjur, 05 Mei 2023.
Komentar
Posting Komentar