Ketika Nana menjelma jadi Nanny (part.1)
Setiap manusia memiliki harapan, cita-cita dan tujuan dalam kehidupannya. Begitupun yang terjadi pada diriku. Awalnya cita-citaku untuk menjadi karyawan swasta amat menggebu-gebu. Entah apa penyebabnya, tergiur upah minimum regional, atau kepastian untuk bertemu oppa-oppa korea (hehehheπ).
Yang jelas usahaku untuk mencoba memasuki kawasan perusahaan swasta tak pernah berhasil. Entah karena Dewi Fortuna yang masih tidur nyenyak dan belum menggeliat atau apalah itu namanya. Sudah beberapa kali aku mencoba melayangkan lamaran ke pabrik-pabrik, namun yang terjadi adalah : aku dipulangkan oleh satpam saat baru memasuki gerbang pabrik. Hahahah makasih pak satpam. Saya tahu kok jalan pulangnya.
Tapi, percayalah... kata-kata yang berserakan menjamur distatus facebook setiap orang yang berbunyi :" Tuhan memberikan apa yang kau butuhkan, bukan apa yang kau inginkan." Telah terjadi padaku. Setelah lamaran pabrik yang selalu ditolak dan membuatku frustasi dan memutuskan untuk menambah porsi makan setiap harinya namun selalu saja kurus--(whahaha, curcol neng), akhirnya aku menganggur.
Alhamdulillah... setelah beberapa lamanya menganggur datanglah saudaraku yang memberitahukan bahwa beliau punya loker, jadi pengasuh balita sambil merapikan rumah. Aku tak punya pilihan lain selain menerima tawaran. Kupikir daripada aku terus-terusan menganggur diam di rumah dengan porsi makan dan tidur yang maximal, tiada salahnya jika aku mencoba mencari pengalaman baru.
Hari pertama bekerja aku masih didampingi saudaraku. Seperti murid yang diajarkan tutor (π). Pekerjaanku hanya seputar ini : datang pagi-pagi (bukan pagi buta), nyapu lantai, ngepel, nyuci piring, ngepel garasi, lanjut menjemur pakaian. Setelah itu bisa nyantai sejenak dan makan. Lalu membawa balita bermain, kasih susu dan makan, dzuhur istirahat, tidur sejenak. Lanjut nyetrika sampai sore hari kami boleh pulang tapi gak terlalu membosankan kok, karena ditengah-tengah aktivitas itu masih bisa makan seblak dulu (πππ). Pokoknya seputaran aktivitas itu semakin lama semakin membosankan. Hehehe.
Hari kedua aku mulai dilepas untuk bekerja sendiri. Seperti emak yang kehilangan anak (nah lhoo kebalik). Aku bingung harus mulai darimana, yang jelas sudahlah jalani saja. Hari kedua sama saja seperti hari pertama. Hanya bedanya pekerjaanku dijeda oleh ibu (panggilanku untuk atasanku), beliau bilang :"teteh boleh pulang kok, Ibu mau keluar rumah dulu. Bapak mau ke Bandung." Aku hanya bilang :"oh" sambil manggut-manggut (menghayati, betapa nikmatnya dikasih pulang cepat π). Aku mulai membereakan jemuran yang masih nangkring manis nan manja diluar rumah. Ketika aku memasukkan jemuran ke dalam rumah, kudengar ibu dan bapak bercakap-cakap.
Bapak :"Bu, teteh ajak aja ke Bandung, biar anak-anak ada yang megangin. Jadi ibu bisa sekalian belanja."
Ibu :" yaudah pak. Ibu ajak dulu teteh. Mau atau engganya,ibu mau tanyain dulu."
Aku (pura-pura) fokus pada pekerjaanku sambil sesekali menguping pembicaraan ibu. Tak lama (sebentar) ka Caca ( namanya Quinsha) ngajak aku ikut ke Bandung. Dengan penuh rasa sesal dan tak kuasa untuk menolak aku mengiyakan tawaran itu, kapan lagi bisa jalan-jalan. Hehehe.
Sekitar pukul 14.20 kami sampai di Univeraitas Islam Nusantara dan segera masuk masjid untuk menunggu adzan ashar, sementara Bapak mengurus keperluan untuk melegalisir ijazah.
Di mesjid itulah ibu dan aku banyak ngobrol tentang mengapa aku mau jadi pengasuh dan semua rencana studiku kedepannya. Setelah selesai menunaikan shalat ashar kami melanjutkan perjalanan ke Bandung Indah Plaza. Makan, main, nonton film. Hal yang sulit aku lupakan disini itu adalah kejahilan anak-anak terhadap Nanny yang imut ini. Karena film yang akan kami tonton masih lama, kupikir tak apa rasanya jika aku ingin ke toilet dan me-rileks-kan perut yang sakit sejenak, akhirnya aku izin pada anak asuhku bahwa aku ingin berjalan-jalan keliling dunia dalam sisa hidup yang kupunya ( iya kali π).
Singkat cerita aku masuk wc, guys... baru 3 menit aku masuk toilet, anak-anak itu berbuat kegaduhan. Menggedor-gedor pintu toilet dengan kekuatan super power bin on power dengan teriak :"teteh cepetan ih... filmnya sebentar lagi tayang!!!" Otomatis aku yang lagi merilekskan otot perut jadi ikutan teriak juga. Sebel kan rasanya saat perutmu diisi terus menerus, tapi saat hendak dikeluarkan kamu seperti dikejar-kejar warga sekampung. Acara BAB itu tak berjalan lancar. Lebih katronya itu toilet duduk, dan aku jongkok diatasnya. πππππ(mudah-mudahan gak dosa, haditsnya juga mengharuskan kita jongkok). Anak-anak jail itu mengintip dari celah pintu segede uprit sambil teriak :"teteh kok jongkok diwcnya sih. Gak boleh tahu... lama banget."
Me :"tunggu dulu ya.. bentar lagi, bentar." Dan berakhirlah waktu rileks yang hanya 5 mwnit ditoilet itu. Ketika aku keluar toilet, petugas toilet mendelik pedas kepadaku sambil mengatakan :"ka, gak boleh jongkok di toilet duduk. Closetnya bisa cepet rusak." Well... gak masalah ya kalo dia ngomong gitu. Yang jadi masalah adalah, tuh mba-mba ngomong dengan suara di loudspeaker. Alhasil... aku dilihatin pengunjung toilet yang jumlahnya amburadul sedang merapikan make up di depan cermin toilet mall. Well... pahit... ini pahit banget. Tapi yaudahlah toh ini yang memang sebenarnya terjadi menimpa Nana yang malang ini. Setelah aku keluar toilet.. anak-anak itu lari-larian dengan rasa puas dan bahagia. Me: malu yang tak kuasa ditahan.
Pahit-manis banget jadi pengasuh. Banyak manisnya, rasakan pahitnya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusA proverb says that the journey of thousand miles begins with a single step. So, keep on fighting to make your dream come true even be a nana nannyπ
BalasHapusAamiin.. thank you mrs. And you're the one of my inspire to get my dream. π
BalasHapusAamiin.. thank you mrs. And you're the one of my inspire to get my dream. π
BalasHapusHebatttππ
BalasHapus